Media Mandalika – Baru-baru ini, ada kejadian aneh yang memperlihatkan seorang wanita peserta tes CPNS mendadak mengalami kekakuan saat ujian menjadi viral di media sosial.
Peristiwa tersebut awalnya dinarasikan terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dalam video tersebut, terlihat seorang wanita yang mengenakan kemeja putih dan celana hitam tiba-tiba kaku saat duduk di kursi.
Petugas keamanan dan medis segera membawa wanita tersebut dengan ambulans untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Namun, Kepala Seksi Humas Polres Lombok Tengah, Iptu Lalu Brata Kusnadi, mengklarifikasi bahwa kejadian itu sebenarnya tidak terjadi di Lombok Tengah, melainkan di Kota Mataram selama tes CPNS berlangsung. Menurutnya, kekakuan yang dialami wanita tersebut diduga disebabkan oleh kelelahan.
Di sisi lain, pakar psikosomatik medis, dr. Andri, SpKJ, FAPM Psikiater, berpendapat bahwa kekakuan mendadak yang dialami wanita tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh reaksi stres akut.
Menurut dr. Andri, tubuh yang kaku atau tidak dapat bergerak seperti yang dialami oleh peserta CPNS ini merupakan respons emosional terhadap stres yang dianggap berat.
“Reaksi stres akut adalah respons fisiologis dan psikologis terhadap situasi yang menegangkan atau berbahaya,” kata dr. Andri, sebagaimana dikutip dari detikHealth pada Sabtu (19/10/2024).
“Ini adalah reaksi normal dan sementara dari tubuh, yang bisa termasuk peningkatan detak jantung, pernapasan cepat, serta respons ‘fight, flight, or freeze’,” lanjutnya. Dr. Andri juga menambahkan bahwa siapa pun bisa mengalami kondisi ini, terutama saat menghadapi situasi yang baru dan penuh tekanan.
Dalam kasus ini, tampaknya tekanan emosional dari tes CPNS yang berat dan kompetitif menjadi faktor pemicu utama reaksi tersebut. Saat mengalami rasa takut atau cemas, seseorang mungkin merasakan gejala seperti detak jantung cepat, sakit perut, mual, tremor, berkeringat, mulut kering, atau sakit kepala.
Beberapa netizen yang menyaksikan video tersebut menghubungkan kondisi peserta dengan psikosomatik. Namun, dr. Andri menjelaskan bahwa reaksi stres akut berbeda dengan psikosomatik.
“Psikosomatik merujuk pada kondisi di mana faktor psikologis seperti emosi dan stres memicu atau memperburuk gejala fisik,” jelas dr. Andri.
“Dalam psikosomatik, tidak ada penyakit fisik yang jelas yang menjelaskan gejala, meskipun pasien benar-benar merasakan keluhan tersebut,” tambahnya.
Perbedaan utama antara reaksi stres akut dan psikosomatik, menurut dr. Andri, terletak pada durasinya. Psikosomatik cenderung bersifat kronis, sementara reaksi stres akut bersifat sementara. Selain itu, dari segi penyebab, psikosomatik lebih terkait dengan kondisi psikologis yang lebih mendalam, sementara reaksi stres akut adalah respons terhadap situasi tertentu. “Gejala psikosomatik seringkali berulang, sedangkan reaksi stres akut lebih berfokus pada respons fisiologis dalam menghadapi situasi stres,” jelasnya.