Tiga Warga Lombok Timur Tewas dalam Kecelakaan Maut di Malaysia Timur
Sebanyak tiga warga asal Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), dilaporkan meninggal dunia dalam kecelakaan tragis di Malaysia Timur. Peristiwa tersebut melibatkan tujuh orang di Jalan Bypass, diduga terjadi saat mereka dalam pengejaran oleh pihak kepolisian setempat.
Ketiga korban dari Lombok Timur adalah Jumahir (40) asal Desa Sakra, Kecamatan Sakra; Masirah (50) dari Desa Sakra Selatan, Kecamatan Sakra; dan Rumintang (23) asal Desa Denggen Timur, Kecamatan Selong. Korban lainnya diketahui berasal dari Lombok Tengah dan Lombok Barat.
Rumintang, Tulang Punggung Keluarga
Rumintang, salah satu korban, dikenal sebagai tulang punggung keluarganya. Ia memutuskan merantau ke Malaysia Timur untuk mencari nafkah meskipun mendapat penolakan dari keluarga. Pamannya, Kamirah, mengungkapkan bahwa keluarga sebenarnya tidak setuju dengan keputusan Rumintang karena usianya yang masih muda dan belum memiliki dokumen resmi seperti KTP.
“Dia tetap memaksa pergi ke luar negeri untuk bekerja. Kami tidak tahu pekerjaannya di sana. Berdasarkan informasi, dia berangkat sendiri tapi ada keluarga yang mengajaknya,” ujar Kamirah pada Minggu (24/11/2024).
Keluarga kini berharap jenazah Rumintang dapat segera dipulangkan untuk dimakamkan di kampung halamannya.
Dukungan Pemerintah Daerah
Penjabat Bupati Lombok Timur, Juaeni Taofik, menyatakan telah meminta Dinas Ketenagakerjaan untuk berkoordinasi dengan BP2MI guna mempercepat proses pemulangan jenazah.
“Kami juga akan memberikan santunan kepada keluarga korban jika diperlukan, terutama untuk mengatasi biaya yang tidak ditanggung oleh negara,” ujar Juaeni.
Ia menambahkan bahwa pemerintah pusat telah mengambil langkah penting dengan membentuk kementerian khusus untuk menangani pekerja migran di era Presiden Prabowo-Gibran.
Harapan Keluarga dan Evaluasi Keberangkatan Pekerja Migran
Keluarga korban mendesak agar pemerintah mempercepat proses pemulangan jenazah dan meminta adanya evaluasi mendalam terhadap prosedur keberangkatan pekerja migran. Mereka berharap kasus seperti ini tidak terulang di masa depan dan para pekerja migran mendapat perlindungan hukum yang lebih baik.
Tragedi ini menjadi pengingat penting akan risiko yang dihadapi pekerja migran, khususnya mereka yang berangkat tanpa dokumen resmi atau perlindungan yang memadai.